Bahaya Kentang Bertunas
Delvin Wijaya
Delvin Wijaya
| 20-01-2025
Food Team · Food Team
Bahaya Kentang Bertunas
Kentang merupakan makanan pokok dalam berbagai pola makan di seluruh dunia.
Namun, kehati-hatian perlu dilakukan jika kentang mulai bertunas.
Proses perkecambahan, meskipun alami, dapat memicu produksi senyawa beracun yang berisiko bagi kesehatan jika dikonsumsi. Memahami bahaya kentang bertunas dan cara menanganinya secara aman dapat membantu mencegah penyakit akibat makanan.
Anatomi kentang dan proses perkecambahan
Kentang memiliki banyak "mata" pada permukaannya, yang sebenarnya adalah lekukan kecil berisi kuncup tidak aktif. Pada ujung mata-mata ini terdapat kuncup utama yang disebut kuncup apikal. Setelah dipanen, kentang mengalami masa dormansi selama dua hingga tiga bulan, di mana kuncup-kuncup tersebut tetap tidak aktif. Setelah masa dormansi berlalu, terutama dalam kondisi yang mendukung seperti suhu hangat dan paparan cahaya, kentang—terutama yang berubah hijau, mulai bertunas dari mata-mata ini. Perkecambahan biasanya terjadi pada kentang yang terpapar cahaya atau disimpan di tempat yang kurang tepat.
Bahaya Kentang Bertunas
Bahaya kentang bertunas
Kekhawatiran utama terkait kentang bertunas adalah produksi solanin, senyawa beracun yang berbahaya jika dikonsumsi. Solanin merupakan racun glikoalkaloid yang terkonsentrasi pada tunas dan area sekitarnya. Jika tertelan, solanin dapat menyebabkan berbagai gejala seperti mual, muntah, diare, sakit perut, dan dalam kasus yang parah, gangguan neurologis seperti kebingungan dan halusinasi. Perubahan warna hijau pada kentang yang mulai bertunas juga menjadi tanda bahaya. Warna hijau ini disebabkan oleh klorofil, yang tidak beracun, tetapi menunjukkan peningkatan kadar solanin.
Cara aman mengonsumsi kentang bertunas
Meskipun kentang bertunas dapat menjadi berbahaya, tidak semuanya harus langsung dibuang. Dengan penanganan yang tepat, kentang bertunas masih bisa dimakan. Berikut langkah-langkah aman untuk mengolahnya:
1. Periksa dengan teliti: Periksa keberadaan tunas dan bercak hijau, karena area ini mengandung solanin dalam jumlah tinggi.
2. Potong tunas dan area bermasalah: Hapus tunas serta bagian di sekitar mata.
3. Kupas kulit kentang: Solanin cenderung terkonsentrasi pada kulit, jadi mengupas kentang dapat mengurangi risiko racun.
Namun, jika kentang memiliki banyak tunas, rasa pahit, atau tekstur keriput dan lembek, sebaiknya dibuang sepenuhnya.
Pencegahan perkecambahan pada kentang
Menyimpan kentang dengan benar dapat memperpanjang masa simpannya dan mencegah perkecambahan. Simpan kentang di tempat sejuk, gelap, dan kering dengan suhu ideal antara 7°C hingga 10°C. Hindari menyimpannya di tempat yang hangat atau lembap, karena kondisi tersebut mempercepat perkecambahan.
Para ilmuwan juga telah mengembangkan metode untuk menghambat perkecambahan kentang. Salah satu inovasinya adalah penggunaan α-naphthylacetate methyl ester, regulator pertumbuhan tanaman. Senyawa ini dapat disemprotkan pada kentang untuk mencegah perkecambahan, sehingga kentang tetap aman dikonsumsi lebih lama.
Kentang bertunas dapat menjadi berbahaya akibat produksi solanin, senyawa beracun yang terkonsentrasi di tunas dan area sekitarnya. Meski kentang bertunas masih bisa dimanfaatkan dengan menghilangkan bagian yang terpengaruh, penting untuk berhati-hati. Hindari mengonsumsi kentang yang bertunas banyak, berwarna hijau, atau memiliki tekstur lembek. Penyimpanan yang tepat serta inovasi dalam penghambat pertumbuhan dapat menjaga kentang tetap aman dan bergizi sebagai salah satu makanan pokok yang mendunia.