Ekspetasi dan Pedas
Citra Wulandari
Citra Wulandari
| 21-04-2025
Food Team · Food Team
Ekspetasi dan Pedas
Pernah bertanya-tanya kenapa ada orang yang bisa menyantap sambal super pedas dengan senyum lebar, sementara yang lain langsung kepedasan meski hanya mencicipi sedikit cabai?
Ternyata, perbedaan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor biologis semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pikiran dan ekspektasi seseorang terhadap rasa pedas itu sendiri.
Ekspektasi Menentukan Rasa: Pedas Bisa Jadi Nikmat atau Menyiksa
Sebuah studi menarik yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS Biology mengungkap bahwa ekspektasi seseorang sebelum mengonsumsi makanan pedas sangat memengaruhi bagaimana sensasi pedas itu dirasakan. Dalam penelitian tersebut, peserta dibagi menjadi dua kelompok: mereka yang menyukai makanan pedas dan mereka yang cenderung menghindarinya.
Para peserta diberikan saus sambal dengan tingkat kepedasan berbeda, mulai dari yang ringan hingga sangat pedas. Di tahap awal, mereka tidak diberi informasi apapun mengenai tingkat kepedasan saus tersebut. Namun di tahap selanjutnya, mereka diperlihatkan gambar cabai merah sebelum mencicipinya sebuah isyarat visual yang menandakan kepedasan tinggi.
Hasilnya mengejutkan! Mereka yang menyukai rasa pedas menunjukkan peningkatan aktivitas di bagian otak yang berkaitan dengan kesenangan saat menyantap saus yang lebih pedas. Sebaliknya, kelompok yang tidak menyukai pedas menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi di bagian otak yang berkaitan dengan rasa sakit dan ini bahkan meningkat lebih tajam ketika mereka sudah mengantisipasi rasa pedas dari gambar cabai merah tadi.
Menurut peneliti utama, Yi Luo, sensasi nyeri yang dirasakan oleh kelompok ini sebenarnya bukan semata karena sausnya pedas, melainkan karena mereka sudah mengharapkan rasa yang menyiksa — dan otak mereka merespon seolah-olah benar-benar mengalami rasa sakit.
Faktor Genetik: Lidah Setiap Orang Memiliki Kode Unik
Meskipun ekspektasi dan mindset memiliki peran besar, preferensi terhadap rasa, termasuk rasa pedas, juga dipengaruhi oleh faktor biologis. Contohnya adalah sensitivitas terhadap rasa tertentu yang dikaitkan dengan gen. Ada orang yang karena faktor genetik merasakan rasa tertentu dengan sangat tajam atau tidak menyenangkan, meskipun bagi orang lain rasanya biasa saja atau bahkan nikmat.
Ini menunjukkan bahwa pengalaman rasa setiap orang bisa sangat berbeda, bahkan jika mereka mencicipi makanan yang sama. Tak heran jika ada orang yang merasa sambal bawang itu terlalu menyengat, sementara yang lain justru menambahkannya sebagai topping di segala jenis makanan.
Ingin Belajar Menyukai Pedas? Bisa Banget, Asal Tahu Triknya
Bagi Anda yang ingin melatih lidah agar bisa menikmati makanan pedas, kabar baiknya adalah hal ini sangat mungkin dilakukan. Caranya? Dengan melatih diri secara perlahan dan mengubah cara pandang terhadap rasa pedas itu sendiri.
Cobalah untuk melihat rasa pedas bukan sebagai "hukuman" atau rasa sakit, tapi sebagai bagian dari pengalaman sensorik. Perhatikan aroma, tekstur, serta rasa lain yang menyertai pedasnya. Anda juga bisa mulai dari jenis cabai yang lebih ringan seperti paprika atau cabai rawit oranye yang tingkat kepedasannya tidak terlalu tinggi.
Visual juga berperan besar dalam membentuk ekspektasi. Warna merah menyala pada sambal atau cabai seringkali membuat kita merasa makanan itu sangat pedas, padahal tidak selalu demikian. Mengubah asumsi ini bisa membantu mengurangi kecemasan sebelum menyantap makanan pedas.
Agar proses adaptasi lebih nyaman, padukan makanan pedas dengan elemen penyejuk seperti nasi, roti, atau keju. Ini akan membantu mengurangi sensasi terbakar di lidah dan membuat pengalaman makan jadi lebih menyenangkan.
Ekspetasi dan Pedas
Awas, Pedas Ekstrem Bisa Berdampak pada Tubuh Anda
Meski banyak yang menyukai sensasi makanan super pedas, penting untuk tidak berlebihan. Beberapa jenis cabai ekstrem seperti Carolina Reaper bisa mencapai tingkat kepedasan hingga 1,7 juta Skala Scoville, sementara jalapeño hanya sekitar 3.500 hingga 8.000.
Mengonsumsi cabai dengan tingkat kepedasan tinggi secara berlebihan dapat menyebabkan efek fisik seperti jantung berdebar, keringat berlebihan, dan gangguan pada pencernaan. Jika tubuh mulai menunjukkan gejala tidak nyaman setelah makan pedas, itu adalah sinyal untuk mulai mengurangi intensitasnya.
Pengalaman menikmati makanan pedas ternyata sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam tubuh maupun dari cara berpikir. Dengan memahami bagaimana ekspektasi, genetik, dan kebiasaan memengaruhi rasa pedas, Anda bisa lebih bijak dalam menikmatinya. Mau menikmati makanan pedas atau menghindarinya, yang terpenting adalah mengenal tubuh dan batasan diri Anda sendiri.