Apa itu Live-Action?
Citra Wulandari
| 10-09-2025

· Entertainment Team
Film live-action semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama sebagai reinterpretasi dari film animasi klasik.
Istilah "live-action" merujuk pada film yang menampilkan aktor manusia sungguhan, berbeda dengan fitur animasi di mana karakter digambar atau diciptakan secara digital.
Meskipun film live-action sudah ada sejak lama, kategori ini kini sering diterapkan pada film yang menghidupkan karakter atau cerita animasi melalui penampilan aktor sungguhan, sering dipadukan dengan efek khusus atau citra yang dihasilkan komputer.
Berikut adalah panduan untuk beberapa film live-action terkenal yang patut ditonton, banyak di antaranya tersedia di Disney+.
Mulan (2020)
Salah satu adaptasi live-action yang paling dinanti, Mulan (2020), disutradarai oleh Niki Caro dan menghadirkan kisah legendaris pejuang Tiongkok ke layar lebar. Ceritanya mengikuti Hua Mulan, yang menyamar sebagai pria untuk menggantikan ayahnya yang sakit di Angkatan Darat Kekaisaran. Film ini menggambarkan perjalanannya saat ia bangkit menjadi salah satu pejuang terhebat Tiongkok. Adaptasi ini tetap setia pada narasi asli sambil menawarkan pengalaman visual yang epik. Durasi film ini adalah 115 menit.
Lady and the Tramp (2019)
Awalnya merupakan klasik animasi tahun 1955, Lady and the Tramp (2019) diimajinasikan ulang sebagai film live-action dan debut di Disney+ alih-alih di bioskop. Ceritanya mengikuti petualangan Lady, seekor cocker spaniel, dan Tramp, anjing jalanan yang cerdas. Film ini memadukan live-action dengan CGI untuk menghidupkan karakter-karakter tercinta dengan cara yang memukau secara visual. Film yang menghangatkan hati ini memiliki durasi 104 menit.
The Jungle Book (1994 dan 2016)
Berdasarkan novel Rudyard Kipling, The Jungle Book memiliki dua adaptasi live-action. Yang pertama, Mowgli: The Jungle Book (1994), menggabungkan live-action dengan efek visual untuk menceritakan kisah Mowgli, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh serigala. Yang kedua, The Jungle Book (2016), disutradarai oleh Jon Favreau, menggunakan CGI mutakhir untuk menciptakan lingkungan hutan yang imersif dengan pemeran utama hewan. Kedua film ini mengeksplorasi perjuangan dan kemenangan Mowgli di alam liar. Versi 1994 berdurasi 111 menit, sedangkan adaptasi 2016 berdurasi 106 menit.
101 Dalmatians (1996) dan 102 Dalmatians (2000)
Adaptasi live-action dari klasik animasi ini berfokus pada kisah dalmatian yang menggemaskan, Pongo dan Perdita, serta perjuangan mereka untuk melindungi anak-anak mereka dari penjahat keji, Cruella de Vil. 101 Dalmatians (1996) memperkenalkan kisah cinta antara Roger dan Anita, sementara sekuelnya, 102 Dalmatians (2000), menampilkan Cruella yang mencoba rencana baru. Film-film ini menawarkan pengalaman yang menawan dan menghibur, dengan film pertama berdurasi 103 menit dan sekuelnya 100 menit.
Maleficent (2014) dan Maleficent: Mistress of Evil (2019)
Maleficent (2014) menawarkan sudut pandang baru pada cerita Sleeping Beauty dari perspektif penjahat ikonik, Maleficent, yang diperankan oleh Angelina Jolie. Adaptasi live-action ini mengeksplorasi latar belakang Maleficent dan hubungannya yang kompleks dengan Putri Aurora. Sekuelnya, Maleficent: Mistress of Evil (2019), melanjutkan kisah saat Maleficent menghadapi tantangan baru terkait pertunangan Aurora. Kedua film ini memukau secara visual, dengan Maleficent berdurasi 97 menit dan sekuelnya 118 menit.
Beauty and the Beast (2017)
Adaptasi live-action Beauty and the Beast tahun 2017 menghidupkan dongeng animasi klasik dengan pemeran bintang, termasuk Emma Watson sebagai Belle dan Dan Stevens sebagai Beast. Ceritanya mengikuti Belle, yang akhirnya tinggal bersama Beast di istananya yang terpesona, di mana cinta dan kebaikan akhirnya mematahkan kutukan. Film magis ini berdurasi 129 menit dan tetap setia pada cerita asli sambil menambahkan elemen baru.
Dumbo (2019)
Disutradarai oleh Tim Burton, Dumbo (2019) menceritakan kisah seekor gajah yang lahir dengan telinga besar, awalnya diejek tetapi kemudian menemukan bahwa ia bisa terbang. Film ini mengeksplorasi tema keluarga dan kekuatan penerimaan diri, dengan visual yang memukau dan gaya khas Burton. Film yang menghangatkan hati ini berdurasi 112 menit dan wajib ditonton bagi mereka yang menyukai cerita yang whimsical namun emosional.
The Lion King (2019)
Meskipun secara teknis merupakan remake "foto-realistik" daripada film live-action tradisional, The Lion King (2019) menawarkan pengisahan ulang yang menakjubkan dari klasik animasi Disney yang dicintai. Ceritanya mengikuti Simba, anak singa yang harus merebut kembali tempatnya sebagai raja setelah kematian ayahnya, Mufasa, di tangan pamannya, Scar. Dengan efek visual yang inovatif, film ini membenamkan penonton dalam dunia di mana hewan tampak hidup. Film ini berdurasi 118 menit.
Adaptasi live-action ini menawarkan berbagai cerita yang beragam, dari petualangan yang menghangatkan hati hingga kisah epik tentang keberanian dan cinta. Setiap film membawa sesuatu yang unik, baik melalui efek khusus yang revolusioner, pemeran bintang, atau interpretasi baru dari klasik yang dicintai. Bagi mereka yang mencari perjalanan sinematik yang memadukan pesona animasi dengan kedalaman penampilan live-action, film-film ini pasti layak ditonton.