Mitos Mobil Listrik
Farzan Gunadi
Farzan Gunadi
| 03-07-2025
Oto Team · Oto Team
Mitos Mobil Listrik
Belakangan ini, mobil listrik semakin menjadi pilihan favorit banyak orang yang ingin hidup lebih ramah lingkungan.
Namun, apakah mengganti mobil bensin dengan mobil listrik otomatis membuat Anda jadi lebih peduli pada bumi? Ternyata, ada banyak hal yang sering disalahpahami tentang mobil listrik. Mari kita kupas tuntas fakta di baliknya.
Mitos 1: Mobil Listrik Bebas Dampak Lingkungan
Mobil listrik memang tidak mengeluarkan gas buang secara langsung. Memang, ini benar untuk polusi udara langsung di sekitar kita. Namun, yang jarang diperhatikan adalah sumber listrik yang digunakan untuk mengisi baterainya.
Di daerah yang listriknya masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti batu bara atau gas, proses pengisian baterai sebenarnya masih menyumbang emisi karbon cukup besar. Misalnya, mobil listrik di negara yang sebagian besar listriknya dari tenaga air seperti Norwegia tentu jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil listrik di negara yang masih mengandalkan batu bara.
Jadi, penting untuk melihat keseluruhan siklus energi, bukan hanya performa mobil saat digunakan.
Mitos 2: Produksi Baterai Membuat Mobil Listrik Tidak Ramah
Membuat baterai lithium-ion memang membutuhkan banyak energi dan menimbulkan dampak dari aktivitas penambangan bahan baku seperti litium, kobalt, dan nikel. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mobil listrik mulai menunjukkan keuntungan emisi karbon setelah digunakan menempuh jarak tertentu, biasanya antara 15.000 hingga 25.000 kilometer.
Lebih dari itu, teknologi untuk mendaur ulang baterai terus berkembang sehingga ke depannya dampak produksi baterai bisa semakin diminimalisasi.
Mitos 3: Mobil Listrik Hanya untuk Orang Kaya di Kota
Beberapa tahun lalu, mobil listrik memang masih identik dengan kendaraan mewah dan stasiun pengisian yang hanya ada di kota besar. Namun sekarang, banyak merek mobil yang menghadirkan pilihan mobil listrik dengan harga terjangkau.
Selain itu, jaringan stasiun pengisian listrik mulai tersebar hingga ke daerah pedesaan, didukung oleh berbagai program pemerintah. Ini membuat mobil listrik menjadi pilihan yang makin realistis untuk berbagai kalangan dan wilayah.
Mitos 4: Mobil Listrik Tidak Memadai untuk Perjalanan Jarak Jauh
Salah satu kekhawatiran utama calon pembeli adalah ketakutan kehabisan daya di perjalanan jauh. Namun, kemajuan teknologi baterai memungkinkan mobil listrik menempuh jarak 400 sampai 600 kilometer dalam satu kali pengisian penuh.
Jaringan pengisian cepat juga makin luas, memungkinkan pengisian ulang baterai hingga 80% hanya dalam waktu setengah jam di banyak tempat. Jadi, bepergian jarak jauh dengan mobil listrik kini mulai mudah dan praktis.
Mitos Mobil Listrik
Mitos 5: Membeli Mobil Listrik Sudah Cukup untuk Menyelamatkan Bumi
Memiliki mobil listrik memang merupakan langkah positif, tapi itu bukan berarti sudah selesai berkontribusi untuk lingkungan. Cara mengemudi, kebiasaan mengisi daya, dan perawatan kendaraan juga sangat berpengaruh terhadap dampak lingkungan secara keseluruhan.
Mengurangi perjalanan yang tidak perlu, mengemudi dengan cara efisien, serta memanfaatkan transportasi ramah lingkungan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan umum tetap sangat dianjurkan.
Mobil listrik umumnya lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar fosil. Namun, efek positifnya sangat bergantung pada bagaimana listrik dihasilkan, bagaimana mobil digunakan, dan bagaimana rantai pasokan baterai dikelola.
Tantangan seperti pengelolaan baterai bekas, sumber bahan baku yang etis, dan pengembangan energi terbarukan harus terus menjadi perhatian pemerintah, produsen, dan kita semua.