Mie Lethek Kusam Tapi Enak!

· Food Team
Pernah dengar soal Mie Lethek? Kalau kamu baru pertama kali lihat, jangan kaget sama penampilannya.
Ya, warnanya emang nggak secerah mie kuning biasa. Agak kusam, abu-abu kecokelatan, kadang keliatan kayak kotor.
Tapi, jangan salah! Di balik penampilan "jelek"-nya itu, tersembunyi rasa nikmat yang bikin lidah bergoyang dan bikin kamu pengen nambah terus. Ini dia cerita si mie tradisional Jawa yang unik ini!
Bukan Mie Biasa, Ini Mie Hasil Fermentasi!
Yang bikin Mie Lethek beda banget sama mie lainnya adalah proses pembuatannya. Mie ini terbuat dari tepung tapioka (kanji singkong), bukan terigu. Nah, rahasia warna kusamnya itu bukan dari pewarna kimia, lho! Tapi hasil dari proses fermentasi alami singkongnya sebelum diolah jadi tepung.
Singkong segar direndam dalam air selama beberapa hari (biasanya 3-5 hari). Proses perendaman inilah yang bikin pati dalam singkong mengalami fermentasi. Hasilnya? Warna singkong jadi agak keabuan, dan aroma khas fermentasi pun muncul – baunya kayak tanah basah atau lembak (bau khas fermentasi singkong).
Setelah difermentasi, singkong dijemur, digiling jadi tepung, baru kemudian diolah menjadi mie. Jadi, warna kusam itu sebenarnya tanda keaslian dan proses tradisionalnya!
Penampilan Menipu, Rasa Memikat
Nah, jangan terkecoh penampilan! Begitu masuk mulut, Mie Lethek langsung tunjukkan taringnya. Teksturnya itu lho, kenyal, padat, dan elastis banget karena berbahan dasar tapioka. Gigitannya puas dan nggak gampang lembek.
Rasanya? Ini yang bikin jatuh cinta! Ada gurih umami yang dalam dan kompleks, disertai sentuhan asam lembut hasil fermentasi, plus aroma tanah yang unik. Banyak yang bilang rasanya kayak "gurih tanah" tapi dalam artian yang sangat enak dan menggugah selera. Aroma khas fermentasinya mungkin agak mengejutkan di awal, tapi itu bagian dari pengalaman otentik pas menyantapnya.
Dimasak Sederhana, Rasanya Luar Biasa
Kehebatan Mie Lethek justru terasa dalam masakan sederhana. Biasanya, mie ini direbus dulu (kadang airnya diganti biar aromanya nggak terlalu kuat), lalu paling sering ditumis jadi Mie Lethek Goreng.
Bumbunya nggak ribet: bawang putih, bawang merah, sedikit cabai, garam, merica, dan siraman kecap manis. Kadang ditambah petis atau tauco biar makin gurih dan kaya rasa. Ditambah dengan telur, potongan ayam, seafood, dan sayuran seperti sawi atau kol. Varian berkuah dengan kaldu bening juga ada, cocok buat yang suka sensasi berbeda.
Di Mana Bisa Nyobain Mie Unik Ini?
Kalau pengen nyobain keasliannya, langsung meluncur ke Kabupaten Bantul, Yogyakarta, terutama daerah Dongkelan. Warung-warung sederhana di pinggir jalan atau pasar tradisional di sana jadi surganya Mie Lethek.
Harganya pun ramah kantong, cocok buat kulineran. Mie Lethek ini lebih dari sekadar makanan; dia adalah warisan kearifan lokal. Proses fermentasi yang menghasilkan warna "jelek" itu justru bukti kecerdikan nenek moyang mengolah singkong jadi sesuatu yang istimewa.
Jadi, Berani Coba?
Nah, buat kamu para pecinta kuliner petualang yang nggak cuma liat penampilan, Mie Lethek ini tantangan sekaligus kejutan yang wajib dicoba! Jangan terpaku sama warnanya yang abu-abu kecokelatan. Biarkan lidahmu yang menilai. Rasain tekstur kenyalnya yang bikin nagih, nikmati gurihnya yang dalam dan unik, serta hirup aromanya yang khas.
Percayalah, setelah sesuap pertama, kamu bakal lupa sama penampilannya yang "jelek". Yang ada cuma rasa penasaran buat nambah piring lagi! Mie Lethek adalah bukti nyata bahwa kelezatan sejati seringkali tersembunyi di balik penampilan yang sederhana, bahkan "kusam". Kusam di mata, tapi mantap banget di lidah!
Yuk, kalau ke Jogja, jangan lupa hunting Mie Lethek! Siapa tau kamu jadi ketagihan sama si "mie jelek" yang rasanya juara ini.