Bakso dan Identitas Bangsa
Delvin Wijaya
| 04-08-2025

· Food Team
Hi, Lykkers pecinta kuliner! Siapa yang tak kenal bakso? Hidangan berbentuk bulat ini dengan mudah ditemukan di hampir setiap sudut jalan di Indonesia, dari gerobak keliling hingga restoran kelas atas.
Meski tidak pernah ditetapkan secara resmi sebagai makanan nasional oleh pemerintah, popularitas bakso menjadikannya ikon kuliner yang sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Lalu, bagaimana perjalanan bakso hingga mendapat tempat istimewa sebagai "makanan nasional" tidak resmi?
Asal-Usul Bakso
Secara etimologis, kata "bakso" berasal dari bahasa Hokkien, "bak-so", yang berarti daging giling. Kuliner ini diyakini berasal dari tradisi kuliner Tionghoa yang masuk ke Indonesia lewat perantau-perantau dari Tiongkok. Bakso bahan bakunya dibuat daging sapi, ayam, atau ikan.
Dari dapur Tionghoa, bakso kemudian mengalami akulturasi budaya yang luar biasa. Ia diadaptasi sesuai cita rasa lokal, ditambahkan kuah kaldu gurih, mie, tahu, dan berbagai pelengkap seperti sambal dan kecap. Lama kelamaan, bakso pun menjadi makanan yang "Indonesia banget".
Peran Sosial dan Budaya
Bakso bukan sekadar makanan, tapi juga bagian dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Makan bakso sering kali menjadi bagian dari kebiasaan keluarga, teman nongkrong, bahkan camilan usai sekolah. Penjual bakso keliling dengan suara khas "tok-tok-tok" menjadi simbol yang melekat di banyak kenangan masa kecil orang Indonesia.
Bukan hanya di kota besar, bakso juga mudah ditemukan di pelosok desa. Hal ini menunjukkan persebarannya yang sangat merata, mencerminkan penerimaan lintas budaya, suku, dan kelas sosial.
Variasi Lokal yang Mengagumkan
Keberagaman Indonesia juga tercermin dalam berbagai jenis bakso. Ada bakso Malang dengan mie dan tahu goreng, bakso Solo dengan kuah bening nan gurih, hingga bakso urat, bakso telur, bahkan bakso beranak, yang di dalamnya terdapat bakso-bakso kecil. Di beberapa daerah, kreativitas berkembang lebih jauh lagi, menghasilkan inovasi seperti bakso bakar, bakso lava, hingga bakso keju.
Variasi ini membuktikan bahwa bakso tidak pernah stagnan. Ia terus berevolusi sesuai selera dan kreativitas masyarakat, menjadikannya dinamis dan relevan di segala zaman.
Media dan Popularitas
Tak bisa dipungkiri, popularitas bakso juga ditopang oleh media massa dan budaya pop. Banyak tokoh nasional secara terbuka menyatakan kecintaannya terhadap bakso. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan legitimasi status bakso sebagai makanan khas Indonesia.
Selain itu, media sosial juga memainkan peran besar dalam menyebarkan popularitas bakso modern, terutama bakso dengan tampilan unik dan sensasional. Video viral tentang bakso berisi cabai, keju meleleh, atau bahkan daging wagyu membuat bakso tetap berada dalam radar kuliner anak muda.
Bakso mungkin tidak pernah mendapatkan pengakuan formal sebagai makanan nasional, tetapi posisinya di hati rakyat Indonesia sudah tak tergantikan. Ia adalah simbol kehangatan, kebersamaan, dan keberagaman. Makanan ini merangkul semua kalangan, tua-muda, kaya-miskin, Jawa atau Papua tanpa diskriminasi.
Dalam setiap sendok kuahnya, tersimpan sejarah, budaya, dan rasa Indonesia yang sejati. Mungkin justru karena tidak diresmikan, bakso menjadi lebih murni sebagai milik semua orang. Inilah yang membuat bakso layak disebut "makanan nasional" tak resmi Indonesia.