Matoa, Harta Papua
Saraswati Pramita
Saraswati Pramita
| 04-08-2025
Food Team · Food Team
Matoa, Harta Papua
Hi, Lykkers! Ada yang kenal buah matoa gak? Papua dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan hayati yang luar biasa, baik dari segi fauna maupun flora.
Salah satu kekayaan flora yang menjadi simbol kearifan lokal dan kebanggaan masyarakat Papua adalah pohon matoa (Pometia pinnata).
Pohon yang mampu tumbuh hingga ketinggian 20 meter ini menghasilkan buah manis mirip kelengkeng, namun dengan cita rasa khas tropis yang unik.
Sayangnya, keberadaan pohon matoa kini menghadapi tantangan serius akibat alih fungsi lahan, penebangan liar, dan rendahnya kesadaran terhadap pelestarian tanaman endemik.
Matoa: Lebih dari Sekadar Buah
Matoa tidak hanya sekadar pohon buah biasa bagi masyarakat Papua. Selain dimanfaatkan buahnya, bagian lain dari pohon ini seperti daun dan kayunya juga memiliki nilai guna. Buah matoa dipercaya mengandung antioksidan tinggi, serta memiliki rasa perpaduan antara rambutan dan durian yang menjadikannya digemari secara luas di luar Papua. Bahkan, dalam beberapa budaya lokal, pohon matoa dianggap sakral dan dilibatkan dalam ritual adat.
Namun, nilai ekologisnya jauh lebih penting. Sebagai pohon tropis, matoa berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Akar-akar pohonnya mampu menahan erosi, menyediakan tempat hidup bagi berbagai jenis burung dan serangga, serta membantu menjaga kelembapan tanah.
Ancaman terhadap Keberlanjutan
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pembukaan lahan baru, habitat alami pohon matoa kian menyempit. Banyak pohon ditebang untuk dijadikan kayu atau digantikan oleh tanaman komersial seperti kelapa sawit. Di sisi lain, upaya budidaya pohon matoa masih terbatas karena kurangnya informasi serta akses bibit berkualitas. Jika tidak ditangani dengan baik, populasi pohon matoa dikhawatirkan akan terus menurun dan berujung pada hilangnya salah satu kekayaan hayati Papua.
Langkah-Langkah Sederhana untuk Melestarikan
Melestarikan pohon matoa sebenarnya tidak memerlukan teknologi canggih atau investasi besar. Beberapa langkah sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, lembaga, bahkan individu untuk menjaga kelestariannya:
1. Penanaman di Pekarangan
Matoa termasuk pohon yang cukup adaptif dan bisa tumbuh di pekarangan rumah dengan perawatan yang minimal. Gerakan menanam matoa di lingkungan sekolah, desa, atau fasilitas publik bisa menjadi cara efektif untuk menambah populasi pohon ini.
2. Edukasi dan Kampanye Sosial
Sosialisasi mengenai pentingnya menjaga tanaman lokal perlu digalakkan, terutama di kalangan generasi muda. Workshop, media sosial, dan pameran lingkungan bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kesadaran tentang nilai ekologis pohon matoa.
3. Pelibatan Komunitas Adat dan Lokal
Melibatkan masyarakat adat Papua dalam program konservasi sangat penting, karena merekalah penjaga utama kearifan lokal dan hutan alam. Kolaborasi dengan komunitas ini dapat memastikan pelestarian dilakukan secara berkelanjutan dan sesuai nilai budaya.
4. Dukungan Pemerintah dan LSM
Perlu ada regulasi dan insentif dari pemerintah daerah untuk mendukung pelestarian flora endemik. Sementara itu, lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga bisa berperan dalam membina petani, menyediakan bibit, dan mengedukasi tentang budidaya matoa secara berkelanjutan.
5. Pemanfaatan Berkelanjutan
Promosi produk olahan dari buah matoa seperti sirup, dodol, atau minuman sehat dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekaligus mendorong penanaman pohon secara alami. Semakin tinggi nilai ekonomi matoa, semakin besar pula insentif untuk membudidayakannya.
Matoa, Harta Papua
Pohon matoa bukan hanya bagian dari flora Papua, tetapi juga simbol kekayaan hayati Indonesia yang patut dijaga. Melalui langkah-langkah sederhana namun konsisten, seperti penanaman kembali, edukasi publik, serta pelibatan masyarakat lokal, kita dapat mencegah matoa dari kepunahan dan sekaligus menjaga ekosistem hutan Papua tetap lestari. Melestarikan matoa adalah upaya melindungi identitas, budaya, serta masa depan lingkungan yang lebih hijau bagi generasi mendatang.