Mitos dan Fakta Gula
Ditha Anggraeni
Ditha Anggraeni
| 22-08-2025
Food Team · Food Team
Mitos dan Fakta Gula
Di mana pun kita melihat, gula selalu mendapat reputasi buruk. Label makanan menjerit "Tanpa Gula!", dan saran diet pun menyuruh kita untuk menjauhinya sejauh mungkin. Tapi, apakah gula benar-benar seburuk itu? Ataukah kita telah disesatkan oleh informasi yang tidak lengkap?
Kami tahu, semua orang ingin makan dengan sehat tanpa merasa bersalah. Jadi mari kita kupas bersama mitos dan fakta seputar gula dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Saatnya mengenal lebih dalam: apa sebenarnya gula, dan bagaimana dampaknya bagi tubuh?

Apa Itu Gula, Sebenarnya?

Gula adalah salah satu jenis karbohidrat, selain pati dan serat. Saat kita menyebut "gula," biasanya yang dimaksud adalah gula meja (sukrosa), yaitu gabungan dari glukosa dan fruktosa. Tapi tahukah Anda? Gula secara alami juga terdapat dalam banyak makanan seperti buah, sayur, dan produk susu.
Saat dicerna, semua gula akan dipecah menjadi glukosa, zat yang digunakan tubuh sebagai sumber energi utama. Tanpa glukosa, sel tubuh kita tidak akan bekerja dengan baik. Jadi, gula sebenarnya memiliki peran penting, asalkan dikonsumsi dalam batas wajar.

Apakah Gula Berbahaya?

Menyebut gula sebagai "berbahaya" adalah penyederhanaan yang menyesatkan. Dampak gula tergantung pada jumlah yang dikonsumsi dan dari mana asalnya, alami atau tambahan. Gula alami dalam makanan utuh hadir bersama serat, vitamin, dan mineral yang membantu tubuh memprosesnya lebih efisien.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan buah, sayur, dan biji-bijian utuh dapat menurunkan risiko penyakit kronis. Masalahnya muncul saat kita mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan, seperti yang tersembunyi dalam minuman manis, kue-kue, makanan ringan, dan makanan olahan.
Rata-rata, orang Amerika mengonsumsi sekitar 17 sendok teh gula tambahan setiap hari, dua hingga tiga kali lipat dari batas yang dianjurkan. Konsumsi berlebih inilah yang dikaitkan dengan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

Mitos 1: "Gula Alami Lebih Sehat"

Mungkin Anda pernah mendengar bahwa madu, sirup maple, atau gula kelapa lebih baik daripada gula putih. Faktanya, memang benar bahwa pemanis alami seperti madu dan sirup maple mengandung sedikit zat gizi tambahan seperti enzim atau polifenol. Tapi… jumlahnya sangat kecil!
Menurut Dr. Vance: "Pemanis alami ini hanya sedikit lebih baik karena kandungan senyawa tumbuhan. Tapi jangan sampai kita tertipu iklan yang menyebutnya sumber nutrisi. Jika ingin mineral, dapatkan dari makanan utuh seperti kacang-kacangan atau sayuran hijau."
Jadi, mengganti gula putih dengan madu saat membuat kue tidak otomatis menjadikan kue tersebut sehat. Tetap saja itu gula, yang memberikan kalori dan energi, bukan nutrisi berarti.

Mitos 2: "Harus Hindari Gula Sepenuhnya"

Ada anggapan bahwa semua gula harus dihindari. Tapi menurut Dr. Robert Lustig, seorang ahli endokrinologi anak: "Menghilangkan semua gula itu tidak realistis dan tidak perlu. Kuncinya adalah moderasi. Sedikit gula tambahan masih bisa masuk dalam pola makan sehat tanpa menimbulkan bahaya."
Menghindari gula sepenuhnya bisa membuat kita takut pada makanan bergizi seperti buah atau yogurt, padahal makanan tersebut mengandung gula alami yang justru bermanfaat bagi tubuh.

Mitos 3: "Gula Penyebab Utama Berat Badan Naik"

Banyak orang menyalahkan gula sebagai biang keladi kenaikan berat badan. Padahal, berat badan bertambah saat kita mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibakar tubuh, terlepas dari sumber kalorinya.
Gula mengandung 4 kalori per gram, lebih rendah dibanding lemak (9 kalori per gram). Yang sering membuat makanan manis berbahaya adalah karena mereka juga mengandung lemak dan garam tambahan, sehingga lebih nikmat dan mudah dikonsumsi berlebihan.
Dr. Lustig menegaskan: "Kombinasi bahan-bahan dan kelebihan kalori lah yang menyebabkan kenaikan berat badan, bukan gula saja." Jadi, lebih baik kita fokus pada pola makan secara keseluruhan, bukan menyalahkan satu bahan tunggal.

Kenapa Gula Sering Jadi Kambing Hitam?

Selama bertahun-tahun, gula dituding sebagai biang masalah kesehatan. Pandangan hitam-putih ini muncul seiring dengan maraknya makanan olahan, di mana gula tambahan diselipkan ke hampir semua produk.
Namun kenyataannya lebih kompleks. Gula itu sendiri tidak jahat. Masalahnya terletak pada jumlah dan jenis gula yang kita konsumsi, terutama dari makanan kemasan. Sebaliknya, gula alami dari makanan utuh justru hadir dengan nutrisi yang membantu menjaga kesehatan tubuh.
Mitos dan Fakta Gula

Lalu, Bagaimana Kita Berdamai dengan Gula?

Daripada takut pada gula, mari kita belajar untuk menikmatinya dengan bijak:
- Pilih makanan utuh seperti buah, sayur, dan biji-bijian sebagai dasar pola makan Anda.
- Baca label kemasan dan waspadai gula tambahan tersembunyi.
- Nikmati camilan manis sesekali tanpa rasa bersalah, kuncinya ada pada keseimbangan.
- Fokus pada kualitas makanan secara keseluruhan, bukan hanya satu kandungan.
Apakah Anda pernah merasa bingung dengan berbagai informasi seputar gula? Apakah Anda memilih untuk menghindarinya sama sekali, atau menikmatinya dengan bijak? Bagaimana cara Anda menemukan keseimbangan dalam pola makan sehari-hari?