Jejak Karbon Makanan
Delvin Wijaya
Delvin Wijaya
| 20-08-2025
Food Team · Food Team
Jejak Karbon Makanan
Saat membicarakan dampak lingkungan, pikiran kita sering langsung tertuju pada kendaraan bermotor atau penggunaan listrik.
Namun, pernahkah Anda mempertimbangkan bahwa apa yang Anda makan setiap hari juga memiliki dampak besar terhadap bumi?
Ya, makanan yang Anda konsumsi, mulai dari proses penanaman, pengolahan, pengemasan, hingga pengirimannya, semuanya menyumbang pada emisi gas rumah kaca. Istilah jejak karbon merujuk pada total gas seperti karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄) yang dilepaskan ke atmosfer akibat aktivitas manusia. Dan tahukah Anda? Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), sistem pangan bertanggung jawab atas sekitar 21–37% dari total emisi gas rumah kaca global. Kabar baiknya, kita bisa mengambil langkah nyata setiap hari untuk mengurangi dampak ini, dimulai dari isi piring kita sendiri!

Dari Ladang ke Meja Makan: Dari Mana Emisi Berasal?

Jejak karbon dari satu hidangan bisa berbeda-beda tergantung bahan makanannya. Makanan berbasis hewani, terutama daging merah dan produk susu—memiliki emisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan makanan berbasis nabati.
Mengapa demikian? Proses pencernaan ternak menghasilkan metana, beternak hewan memerlukan pakan dan air dalam jumlah besar, dan lahan hutan sering dibuka untuk keperluan penggembalaan, yang semuanya memperparah emisi karbon.
Namun, bukan berarti makanan nabati bebas emisi. Penggunaan pupuk, irigasi, pengemasan, dan transportasi juga menyumbang jejak karbon. Meski begitu, dampaknya cenderung lebih rendah, apalagi jika makanan tersebut ditanam secara lokal dan sesuai musim.
Berikut adalah beberapa sumber utama emisi dalam produksi makanan:
- Pertanian (termasuk pupuk, air, dan ternak): kontributor terbesar
- Perubahan penggunaan lahan (seperti penggundulan hutan): sangat berdampak, terutama untuk daging dan kedelai
- Transportasi: terutama untuk bahan makanan yang dikirim lewat udara seperti asparagus atau beri impor
- Pengemasan dan pengolahan: tinggi untuk makanan olahan dan beku
- Limbah makanan: makanan yang dibuang menghasilkan metana di tempat pembuangan akhir

Makanan Apa yang Paling Tinggi Jejak Karbonnya?

Memahami makanan dengan jejak karbon tertinggi bisa membantu Anda membuat pilihan yang lebih ramah lingkungan. Berdasarkan data dari Environmental Working Group (EWG) dan Our World in Data, berikut perbandingannya:
- Daging merah: Sekitar 60 kg CO₂e per kilogram
- Keju: Sekitar 21 kg CO₂e per kilogram
- Domba: Sekitar 24 kg CO₂e per kilogram
- Ayam: Sekitar 6 kg CO₂e per kilogram
-Tahu: Hanya 2–3 kg CO₂e per kilogram
- Lentil: Kurang dari 1 kg CO₂e per kilogram
- Sayuran akar dan biji-bijian: Termasuk yang terendah
Bayangkan, mengganti hanya satu atau dua kali makan dalam seminggu dari daging merah ke lentil atau biji-bijian bisa secara signifikan mengurangi jejak karbon pribadi Anda!

Limbah Makanan: Emisi yang Sering Terlupakan

Mungkin tidak disadari, tetapi limbah makanan adalah salah satu penyumbang emisi terbesar dalam sistem pangan. Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), hampir sepertiga makanan yang diproduksi tidak pernah dimakan.
Makanan yang terbuang dan membusuk di tempat sampah menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dalam jangka waktu 100 tahun. Dengan mengurangi limbah makanan, Anda tidak hanya menghemat uang, tetapi juga membantu bumi.
Beberapa langkah sederhana untuk mengurangi limbah:
- Rencanakan menu mingguan Anda
- Simpan makanan dengan benar
- Bekukan sisa makanan
Gunakan bahan makanan yang tidak sempurna bentuknya, tapi tetap layak konsumsi

Lokal dan Musiman: Lebih Segar, Lebih Ramah Lingkungan

Makanan yang ditanam secara lokal dan musiman memerlukan lebih sedikit energi untuk transportasi dan pengawetan. Karena jaraknya lebih dekat, bahan makanan ini lebih segar, lebih sedikit membutuhkan pengemasan, dan biasanya lebih murah.
Perlu diketahui bahwa transportasi bukan penyumbang utama emisi dalam makanan. Namun, bahan makanan yang dikirim lewat udara memiliki emisi sangat tinggi. Jadi, sebisa mungkin hindari makanan impor yang cepat rusak dan harus dikirim lewat udara.

Cara Memasak Juga Berpengaruh!

Bahkan cara Anda memasak pun bisa memengaruhi jejak karbon! Menggunakan peralatan hemat energi seperti pressure cooker atau kompor induksi dapat mengurangi penggunaan listrik atau gas secara signifikan.
Tips hemat energi di dapur:
- Gunakan tutup panci saat memasak
- Hindari pemanasan oven yang tidak perlu
- Masak dalam jumlah besar lalu simpan
- Gunakan microwave atau pressure cooker yang lebih efisien
Menurut Departemen Energi AS, penggunaan microwave atau pressure cooker bisa menghemat energi hingga 80% dibandingkan oven biasa!

Langkah Sederhana, Dampak Luar Biasa

Anda tidak perlu mengubah semuanya sekaligus. Cukup lakukan perubahan kecil namun konsisten. Berikut beberapa cara mudah untuk memulai:
Coba hari tanpa daging sekali seminggu: Dampaknya bisa sangat besar dalam setahun
Pilih makanan utuh: Buah, sayuran, dan biji-bijian tanpa proses panjang lebih hemat energi
Beli dalam jumlah besar: Kurangi limbah kemasan dan hemat ongkos transportasi
Pilih produk organik jika memungkinkan: Meski tidak selalu lebih rendah emisinya, namun seringkali lebih ramah tanah
Dukung petani lokal: Dengan membeli di pasar tradisional atau program pertanian komunitas (CSA)
Jejak Karbon Makanan

Label Karbon: Bantu Anda Pilih Lebih Baik

Kini mulai bermunculan produk dengan label jejak karbon di kemasannya. Meski belum umum, tren ini terus berkembang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan.
Anda juga bisa mencoba kalkulator daring dari WWF, BBC, atau Carbon Trust yang memungkinkan Anda menghitung jejak karbon dari bahan makanan yang digunakan.

Sehat untuk Tubuh, Sehat untuk Bumi

Yang menarik, pola makan rendah karbon umumnya juga lebih sehat. Makanan berbasis nabati seperti sayuran, buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan mendukung kesehatan tubuh sekaligus menjaga lingkungan.
Sebuah studi dari The Lancet memperkenalkan konsep Planetary Health Diet, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi tanpa melebihi batas daya dukung bumi.
Dengan kata lain, saat Anda memilih makanan yang lebih ramah lingkungan, Anda juga sedang merawat tubuh Anda sendiri!

Isi Piring Anda, Kekuatan Anda

Pilihan makanan yang kita buat setiap hari ternyata lebih berdampak daripada yang kita kira. Perubahan iklim memang masalah besar, tapi kontribusi kecil dari miliaran orang bisa menjadi kekuatan besar.
Isi piring Anda bukan sekadar makanan, itu adalah pernyataan. Dan setiap pilihan yang Anda buat bisa menjadi bagian dari solusi.