EV vs Mobil Bensin
Dwi Utari
Dwi Utari
| 19-09-2025
Oto Team · Oto Team
EV vs Mobil Bensin
Seiring dengan berjalannya waktu di abad ke-21, isu keberlanjutan semakin menjadi perhatian utama dalam setiap keputusan yang kita buat, terutama dalam hal transportasi.
Bagi sebagian besar dari kita, pertanyaan mengenai apakah membeli kendaraan listrik (EV) atau tetap dengan mobil berbahan bakar bensin bukan hanya soal praktis, tetapi juga berkaitan dengan nilai-nilai yang kita anut.
Lalu, sejauh mana dampak jenis mobil yang kita pilih terhadap lingkungan? Apakah ada satu pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan yang lain? Mari kita jelajahi dunia kendaraan listrik vs mobil bensin untuk memahami mana yang lebih berkelanjutan.

Dampak Lingkungan dari Mobil Bensin

Mobil bensin, meskipun sudah menjadi bagian integral dari kehidupan modern, diketahui memiliki dampak lingkungan yang cukup besar. Mesin pembakaran dalam pada kendaraan ini bekerja dengan membakar bahan bakar fosil, yang ketika dibakar, menghasilkan emisi gas karbon dioksida (CO2) dan polutan berbahaya lainnya ke atmosfer. Hal ini secara langsung berkontribusi pada pemanasan global dan kualitas udara yang buruk di daerah perkotaan.
Tak hanya emisi gas berbahaya, produksi mobil bensin juga memerlukan energi dan sumber daya yang besar. Proses pembuatan mobil melibatkan penggunaan baja, aluminium, dan plastik dalam jumlah besar yang mana sumber daya tersebut memerlukan proses penambangan, pemurnian, dan konsumsi energi yang tentunya memiliki konsekuensi terhadap lingkungan. Selain itu, ekstraksi minyak dan distribusi bensin ke stasiun pengisian bahan bakar juga menambah jejak karbon.
Meski teknologi baru telah meningkatkan efisiensi mesin dan mengurangi emisi, penggunaan bahan bakar fosil tetap menjadi masalah yang belum bisa diselesaikan sepenuhnya.

Manfaat Lingkungan dari Kendaraan Listrik (EV)

Kendaraan listrik (EV) menawarkan perubahan besar menuju keberlanjutan. Salah satu keunggulan paling signifikan dari EV adalah mereka tidak menghasilkan emisi gas buang. Karena EV menggunakan listrik sebagai sumber daya, mereka tidak memproduksi gas berbahaya seperti CO2 dan nitrogen oksida (NOx), yang menjadi salah satu penyebab utama polusi udara.
Namun, meskipun EV lebih bersih saat digunakan, penting untuk mempertimbangkan sumber listrik yang digunakan untuk mengisi daya. Di beberapa wilayah, jaringan listrik masih bergantung pada pembangkit berbahan bakar batu bara atau bahan bakar fosil lainnya, yang berarti EV dapat berkontribusi pada emisi karbon secara tidak langsung. Tetapi perubahan menuju energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro semakin cepat dilakukan.
Di daerah-daerah yang menggunakan energi terbarukan, dampak lingkungan dari mengendarai EV sangat jauh lebih rendah. Produksi baterai untuk EV, terutama baterai lithium-ion, memang memiliki dampak lingkungan. Proses penambangan bahan mentah seperti lithium, kobalt, dan nikel yang digunakan dalam pembuatan baterai dapat merusak ekosistem lokal. Namun, kemajuan dalam teknologi daur ulang dan pengembangan solusi baterai yang lebih berkelanjutan, seperti baterai solid-state, terus mengurangi dampak tersebut.

Efisiensi Energi: EV vs Mobil Bensin

Dari sisi efisiensi energi, EV memiliki keunggulan yang jelas. EV pada umumnya jauh lebih efisien dalam mengubah energi menjadi gerakan dibandingkan mobil bensin. Mesin pembakaran dalam pada mobil bensin hanya dapat mengubah sekitar 20-25% energi yang terkandung dalam bensin menjadi energi yang digunakan untuk berkendara, sementara EV dapat mengubah sekitar 85-90% dari energi listrik yang diterima menjadi tenaga gerak. Ini membuat EV jauh lebih efisien, sehingga menghasilkan lebih sedikit energi yang terbuang dan jejak lingkungan yang lebih kecil.
Lebih jauh lagi, dengan berkembangnya infrastruktur pengisian daya dan semakin banyaknya orang yang menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin untuk mengisi daya kendaraan mereka, manfaat lingkungan dari mengendarai EV akan semakin meningkat. Dengan mengisi daya EV menggunakan energi terbarukan, kendaraan tersebut menjadi moda transportasi yang sepenuhnya ramah lingkungan.

Umur Pakai dan Pemeliharaan: EV vs Mobil Bensin

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan ketika menilai keberlanjutan mobil listrik dan mobil bensin adalah umur pakai dan sumber daya yang diperlukan untuk pemeliharaan. Mobil bensin membutuhkan pemeliharaan rutin, seperti penggantian oli, perbaikan sistem knalpot, dan overhaul mesin, yang menghasilkan lebih banyak limbah dan biaya lingkungan jangka panjang yang lebih tinggi. Selain itu, prosedur pemeliharaan ini sering kali melibatkan penggunaan minyak sintetis dan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan jika tidak dibuang dengan benar.
Di sisi lain, kendaraan listrik memiliki lebih sedikit komponen yang bergerak dan memerlukan pemeliharaan yang jauh lebih sedikit. Tanpa perlu penggantian oli atau perbaikan sistem knalpot, EV lebih mudah dirawat dan memiliki komponen yang lebih sedikit yang berpotensi menghasilkan limbah. Namun, baterai EV bisa mengalami penurunan kinerja seiring waktu, dan pada akhirnya, baterai tersebut perlu diganti. Ini adalah salah satu area di mana kemajuan dalam teknologi baterai sangat penting untuk meningkatkan keberlanjutan kendaraan listrik.
EV vs Mobil Bensin

Biaya dan Aksesibilitas EV

Meskipun kendaraan listrik jelas lebih ramah lingkungan, biaya awal yang lebih tinggi tetap menjadi penghalang besar bagi banyak orang. EV cenderung lebih mahal dibandingkan dengan mobil bensin karena biaya baterai dan teknologi yang diperlukan untuk memproduksinya. Namun, total biaya kepemilikan EV sering kali lebih rendah dalam jangka panjang karena biaya bahan bakar yang lebih rendah dan pemeliharaan yang lebih jarang.
Bantuan pemerintah dan insentif subsidi juga membantu menjadikan EV lebih terjangkau, dan seiring dengan meningkatnya teknologi dan produksi EV, biaya tersebut diperkirakan akan menurun. Seiring waktu, kita kemungkinan akan melihat kendaraan listrik menjadi lebih terjangkau bagi konsumen pada umumnya, menjadikannya pilihan yang lebih dapat diakses oleh lebih banyak orang.

Mana yang Lebih Berkelanjutan?

Dalam perdebatan antara kendaraan listrik dan mobil bensin, dampak lingkungan jelas menjadi faktor pembeda. Meski mobil bensin masih mendominasi pasar, keberlanjutannya dalam jangka panjang dipertanyakan karena ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan jejak karbon yang ditinggalkannya. Di sisi lain, kendaraan listrik menawarkan alternatif yang lebih bersih dan efisien, dengan pengurangan emisi yang signifikan, terutama ketika sumber energi terbarukan semakin banyak digunakan.
Namun, keberlanjutan EV bukan tanpa tantangan. Produksi baterai dan sumber energi yang digunakan untuk pengisian daya tetap menjadi masalah yang perlu diselesaikan. Meskipun demikian, jika kita melihat gambaran besar, EV tetap merupakan pilihan yang lebih berkelanjutan, terutama dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang.
Sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai kita. Dengan memilih kendaraan listrik, kita dapat mengurangi dampak lingkungan pribadi kita dan berkontribusi pada masa depan di mana transportasi yang berkelanjutan menjadi norma.
Apa pendapat Anda? Apakah Anda akan beralih ke kendaraan listrik? Bagikan pemikiran Anda mengenai keberlanjutan mobil listrik!